Sukoharjo (1/08)
Perwakilan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Indonesia berkunjung ke Sanggar Tunas Bangsa yang didampingi oleh KARINAKAS. Sanggar ini merupakan sanggar yang mengusung metode Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat dalam pendampingan terhadap difabel dan komunitasnya.
Sanggar Tunas Bangsa yang dirintis oleh komunitas difabel dan masyarakat di desa Nguter, kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, sudah dikenal baik oleh pemerintah daerah. Bahkan, pemerintah daerah Sukoharjo melalui Bupati turut berperan pula dalam memperkenalkan Sanggar ini di tingkat nasional. Tak heran jika Kementrian Kesehatan tertarik dengan dinamika sanggar dan bermaksud meneliti dengan lebih dalam.
Pramono Murdoko, salah satu penggagas berdirinya sanggar ini, mengatakan, “Kami beruntung karena jajaran pemerintah daerah Sukoharjo dari berbagai tingkat dan instansi mendukung usaha kami untuk memberdayakan difabel. Memang awalnya sulit dan berat. Tapi, berkat niat baik dan usaha para difabel dan relawan yang tak kenal lelah, akhirnya menjadi seperti ini.”
Kunjungan ini merupakan awal dari rencana untuk melakukan kajian terhadap Sanggar Tunas Bangsa yang dianggap telah berhasil menjadi salah satu gerakan masyarakat demi inklusivitas. Rencananya, kajian akan dilakukan pada sektor kesehatan difabilitas, tanpa melepaskannya dari konteks metode RBM yang menyentuh lima sektor difabilitas, yaitu : kesehatan, pendidikan, pengembangan, sosial inklusi, dan mata pencaharian.
“Harapannya, sanggar ini dapat menjadi tempat percontohan bagi organisasi-organisasi lain yang bergerak di bidang difabilitas,” kata Pramono mengakhiri pembicaraan.