Masih melekat di ingatan mengenai berita koin peduli Prita Mulyasari dan Bilqis. Mereka adalah sebagian dari orang yang berada di sebuah keadaan yang mengundang simpati dan empati masyarakat. Kasus Prita Mulyasari yang berawal dari sebuah curahan hati di milis karena pelayanan yang menurutnya merugikan konsumen, hingga berujung pada meja hijau. Sedangkan Bilqis yang berjuang mendapatkan uluran tangan untuk transplantasi hati. Sayangnya, belum sempat impian itu terwujud, sudah lebih dahulu dipanggil Yang Kuasa. Simpati dan empati masyarakat tercurah pada saat itu. Banyak gerakan pengumpulan koin untuk membantu mereka. Masyarakat tanpa dipimpin tergerak untuk membela rasa penderitaan yang tengah dialami oleh Prita Mulyasari dan Bilqis.
Fenomena tersebut memununculkan gerakan pengumpulan koin sebagai aksi solidaritas. Koin- koin yang terkumpul adalah bentuk empati dan kebersamaan dari sebuah pembelaan rasa yang perlu dipikul bersama. Sebuah simbol kekuatan masyarakat terhadap ketidakadilan dan ketidak berdayaan yang perlu diperjuangkan. Rasa setia kawan, satu rasa, diantara masyarakat yang memimpin mereka untuk meringankan penderitaan.
Dalam peristiwa Erupsi Merapi 2010 juga banyak sekali yang tergerak untuk memperjuangkan para penyintas. Pertolongan, ketulusan dan kesediaan hati untuk membantu adalah sebuah rasa yang disebut solidaritas. Banyak sekali pihak yang memberikan bantuan kebutuhan hingga Merapi dinyatakan aman. Rasa turut merasakan penderitaan penyintas inilah yang membuat penyintas dapat melanjutkan hidup di masa tanggap darurat, fase rekonstruksi hingga melalui fase rehabilitasi.
Kadang kala koin atau recehan tidak dipedulikan oleh beberapa orang, namun dapat memberikan manfaat luar biasa. KARINAKAS mulai membangun dan menggerakan sebuah solidaritas melalui koin – koin yang menurut sebagian orang tidak begitu penting. Recehan sisa belanjaan, kembalian dari warung, atau logam – logam tersebut bila dikumpulkan dari keluarga – keluarga yang tergerak akan mendatangkan manfaat luar biasa. Kaleng donasi berwarna kuning yang diedarkan kepada keluarga-keluarga yang mempunyai kepedulian kepada mereka yang menderita. Terlebih koin – koin yang terkumpul adalah sebuah belarasa yang meski sedikit namun memiliki nilai yang begitu dalam.
Semangat inilah yang terus menerus akan dihidupkan oleh lembaga, sebuah kebersamaan yang dihimpun bersama – sama dengan keluarga lain untuk peduli tidak hanya pada saat masa darurat saja. Harapannya seluruh masyarakat dapat ikut andil untuk terus menerus mengembangkan budaya berbagi yang berkelanjutan. Mereka yang ingin berbagi tidak melulu dari kalangan orang berkecukupan. Dengan mengandalkan semangat kekeluargaan, cita – cita mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel mendapat pelayanan yang erat.
Sikap solider ini sudah menjadi budaya di Indonesia sejak dahulu. Contohnya, lumbung padi sebagai upaya ketahanan pangan masyarakat. Petani yang panen mengumpulkan sebagian dari hasil panennya untuk disimpan di sebuah lumbung, tujuannya agar pada saat ‘paceklik’ mereka saling berbagi satu sama lain.
Banyak keluarga yang sudah memulai dengan berbagi melalui kaleng donasi KARINAKAS, kaleng kuning berlambang hati ini akan diisi seberapapun koin yang mereka miliki. Setiap tiga bulan sekali akan diambil dan dicatat. Laporan dari donasi tersebut akan ditampilkan di halaman website sebagai pertanggungjawaban.
Koin – koin yang terkumpul digunakan untuk memberdayakan masyarakat dampingan antara lain pemberdayaan difabel, beasiswa anak kurang mampu, pendampingan pendidikan, pengurangan risiko bencana dan tanggap darurat bencana.
Jangan pernah meremehkan uang koin, karena koin kepedulian ini menjadi sebuah nilai solidaritas yang kuat. Koin – koin kepedulian ini yang mengarahkan kehidupan kita untuk membela rasa, meringankan beban hidup, dan mengesampingkan rasa individualitas yang semakin terus subur di tengah masyarakat. System pemberian pertolongan yang diatur dengan baik tidak akan mencederai kemandirian penerima manfaat.