"Cakruk Merapi" di Gereja St. Yusup Medari

 

Merapi masih beraktifitas dengan giat meski tidak sebesar tanggal 5 lalu. Hujan abu masih turun di wilayah Muntilan dan sekitarnya. KARINAKAS bersama Romo Edi Mulyono dan Pak Yono Ratman dari Keuskupan Agung Jakarta berkunjung ke Paroki Medari (12/11) untuk mengirimkan bantuan selimut dan keperluan pengungsi. Teman – teman dari Caritas Bandung; Leo, Uun, Indra dan Bagus yang datang ke Paroki Medari bersama kami,  akan tinggal disana untuk membantu alur distribusi gudang bersama mudika.

  

 Ada satu ruangan kecil di Gereja Santo Yusup Medari yang digunakan untuk tempat tinggal sementara pengungsi Merapi. Romo Riyanto yang ditemui pagi itu menjelaskan titik – titik yang berkoordinasi langsung dengan Paroki Medari pada peta DIY dan Jateng disekitar Merapi yang di tempel di dinding. Beliau menyampaikan bahwa ada beberapa kelurahan yang menjadi rumah singgah tamu – tamu dari Merapi yaitu di Kelurahan Caturharjo, Kelurahan Triharjo, Kecamatan Tempel, Kecamatan Sayegan, Dusun Terwilen, Dusun Kasuran, Dusun Japanan, Dusun Jangan dan masih ada beberapa rumah singgah yang ditinggali tamu – tamu Merapi. Paroki Medari pun bekerjasama dengan Gereja Kristen Jawa Medari, para ibu – ibu yang ditugaskan di dapur umum, danTim Medis KARINAKAS untuk membantu para survivors Merapi.

 

Istilah – istilah yang digunakan oleh Paroki Medari sangat unik. ‘Posko’ di Paroki ini disebut ‘Cakruk Merapi’, menurut keterangan Romo Riyanto, ‘posko’nya disebut ‘Cakruk Merapi’ karena gereja tersebut tidak mengelola tempat pengungsian yang besar seperti milik pemerintah dengan fasilitas memadai dan lengkap untuk pengungsi Merapi. “Gereja ini hanya menampung sedikit pengungsi, saat ini ada 25 jiwa yaitu umat Paroki Medari. Paroki Medari tidak layak disebut dengan ‘posko’, fasilitasnya sangat sederhana dan bahkan kami kurang mampu dalam tenaga, fasilitas dll.” kata Romo Riyanto. Namun melihat data – data pengungsi yang tersebar di wilayah Paroki Medari saat ini adalah 5414 jiwa adalah tanggungjawab yang sangat besar dan mulia saat Paroki Medari berkoordinasi mendistribusikan bantuan yang melalui ‘Cakruk Merapi’. Tempat pengungsian yang biasanya disebut ‘barak’ pengungsian pun diganti dengan istilah ‘rumah singgah’. Pengungsinya disebut ‘tamu singgah’ karena mereka yang mengungsi selalu berpindah tempat dan jumlahnya sangat fluktuatif tiap harinya.

 

Di benak saya, istilah – istilah yang digunakan sangat unik. Bahkan sangat hangat didengar telinga sehingga ‘pengungsi’ tidak akan merasa menjadi obyek yang menderita, hanya saja mereka sedang bertamu di rumah singgah. Baik tuan rumah dan tamu singgah sudah seperti saudara yang sangat akrab.

 

 

 

 

 

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com