KARINAKAS bersama UGM, UCP, SIGAB, IRISH AID, BALAIRUNG dan HANDICAP INTERNASIONAL dalam rangka memperingati International Difabel Day mengadakan Disability and Human Rights Expo yang berisi abilities expo, pentas seni dan diskusi publik mengusung tema Akses Mobilitas adalah Hak. Acara ini berlangsung selama 3 hari di Grha Sabha Pramana (12-15/12).
Pada hari kedua (13/12) diskusi mengangkat tema tentang ‘Impelmetasi Aksesibilitas di Indonesia’ menurut rencana ada 4 pembicara, yaitu Adjar Prayudi (Kimpraswil), Heri Zudianto (Walikota Yogya), Ikaputra(UGM), dan Aji (mahasiswa S2 UGM), namun walikota Yogyakarta tidak dapat hadir dalam acara tersebut. Pembicara pertama (Adjar Prayudi) mengetengahkan masalah aksesibilitas dalam tingkat kebijaksanaan nasional, pembicara ke dua (Ikaputra) mengangkat diskusi tentang realita perwujudan aksesibilitas di Indonesia terutama di Yogyakarta.
Diskusi tersebut menghadirkan berbagai tampilan mengenai fasilitas-fasilitas umum yang dapat diakses di Yogyakarta. Dosen Arsitektur UGM mengkritisi bagaimana kelebihan dan kekurangan fasilitas umum yang ada. Pada akhir persentasi, beliau menekankan bahwa aksesibilitas bagi semua terutama fasilitas umum adalah suatu hal yang mendesak.
Pembicara terakhir (Aji) berbagi pengalaman sebagai difabel ketika berada di lingkungan kerja dan tempat umum. Banyak halangan yang harus dilalui untuk pemakai kursi roda seperti beliau. Seandainya semua fasilitas umum dapat diakses baik untuk mereka yang difabel dan nondifabel, tentunya para difabel dapat secara mandiri untuk bepergian kemanapun. Pemenuhan hak dasar bagi difabel dalam pembangunan fasilitas umum sebaiknya dirancang untuk mereka yang tuna netra, pengguna kursi roda, dan difabel lainnya sehingga para difabel tidak merasa terpuruk dalam ketidak berdayaannya.
Dengan menunjukkan berbagai tampilan mengenai fasilitas- fasilitas umum yang dapat diakses bagi semua orang di Yogyakarta, Dosen Arsitektur UGM ini mengkritisi bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Pada akhir presentasi beliau menekankan bahwa asksesibilitas bagi semua terutama di fasilitas umum merupakan suatu hal yang mendesak. Pembicara terakhir (Aji) bercerita mengenai testimoninya sebagai difabel ketika berada di lingkungan kerja dan tempat umum, bagaimana mudah dan susahnya menggunakan fasilitas umum bagi pemakai kursi roda.
Di bagian barat Grha Sabha Pramana, terdapat expo dari lembaga-lembaga yang berkecimpung dalam dunia difabel digelar. Setelah diskusi selesai terdapat pertunjukan seni melukis dengan kaki oleh AMPFA (Association of Mouth and Foot Painting Artist). Expo ini sepi dikunjungi, mungkin saja dukungan kepada difabel untuk unjuk gigi masih kurang, atau mungkin masyarakat masih sangat awam dengan difabilitas. Mari bersama-sama mendukung mereka yang mempunyai kemampuan berbeda (difabel) untuk mendapatkan hak mereka mengakses fasilitas – fasilitas umum dengan memulainya dari lingkungan sekitar. Bukankah mereka juga manusia yang perlu diperjuangkan haknya?