Giyanti - Perempuan Tangguh dari Kedungwinong

Perempuan difabel

Giyanti (23 tahun), pertama kali bertemu dengan KARINAKAS pada tahun 2010. Saat itu, KARINAKAS melaksanakan Program CBR (Community Based Rehabilitation) di Desa Kedungwinong, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.

Sebelum bertemu dan mengenal KARINAKAS, Giyanti tidak pernah keluar rumah dan sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Sehari-harinya dia hanya di rumah berteman dengan kursi roda tua yang sudah tak layak dipakai. Rasa minder dan malu bercampur aduk ternyata tidak membuat lebih baik kehidupan Giyanti.

 

Mungkin jalan Tuhan yang mempertemukan Giyanti dengan KARINAKAS saat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi untuk difabel yang tergabung dalam Self Help Group (SHG). Giyanti dan beberapa kawan yang sesama difabel pada saat itu diberikan modal untuk usaha. Dana itu kemudian dikelola mereka dengan mendirikan Warung Kelontong. Warung Kelontong dan kawan-kawan yang serta KARINAKAS, ternyata telah memberi dampak positif terhadap kehidupan Giyanti. Namun lebih dari itu, semangat dan sifat tidak menyerah, yang seiring dengan aktifitas yang diikuti Giyanti perlahan namun pasti tumbuh subur dan membentuk pribadi Giyanti yang saat ini tidak mau menyerah dan terus berjuang untuk anak semata wayangnya. 

Keberadaan Giyanti yang cukup fenomenal dikalangan orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan tetangganya, rupanya mendapat respons dan perhatian dari Tim RBM Kabupaten Sukoharjo. Tim RBM Kabupaten Sukoharjo kemudian membangun aksesibilitas di rumah Giyanti, yang mempermudah Giyanti untuk bermobilisasi dan melakukan aktifitas di luar rumah. 

Sepenggal cerita Giyanti ini, mungkin bisa dijumpai juga di tempat-tempat lain. Yang membedakannya, adalah proses untuk menuju ke titik perubahan dalam hidup seseorang. Pergulatan batin yang mungkin tidak sedikit, dari para perempuan dengan difabilitas di belahan dunia ini. Mereka memiliki daya juang yang tinggi menuju kepada kehidupan yang bebas dari ketergantungan terhadap orang lain. Ketergantungan dari seluruh aspek kehidupan, yang membelenggu mereka. Perempuan dengan difabilitas adalah sebuah realita kehidupan yang memiliki dua kali lipat kerentanan terhadap kemiskinan, kekerasan dan ketidakadilan. Besok, seluruh dunia akan memperingati Hari Perempuan Internasional. Tak terkecuali Giyanti dan perempuan difabel lainnya. Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada setiap tanggal 8 Maret, kiranya dimaknai oleh seluruh perempuan difabel di seluruh dunia, sebagai momentun pelepasan dari ketergantungan dari orang lain menuju kepada kemandirian. Hidup mandiri dan menolak ketidakadilan. (*Cerita ini ditutur oleh Pramono Murdoko yang saat itu mendampingi Giyanti. Ditulis oleh "Karel Tuhehay"(Kace)*

 

 

 

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com