PELATIHAN RBM UNTUK RELAWAN CARITAS MAUMERE

http://i1274.photobucket.com/albums/y433/karinakas/579d76bd-04da-4911-b5f0-1178b9d0c29e_zps75ee748e.jpg

Yogyakarta, 17 Oktober

Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk  memajukan sebuah program adalah suatu hal yang mutlak dilakukan supaya  mampu menjawab semua hambatan yang terjadi selama berjalannya program di masyarakat. Caritas Maumere dalam tahun ke 2 menjalankan program RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat) di tiga area yaitu di Ende, Maumere dan Larantuka.

 

 Untuk meningkatkan kapasitas relawan yang terlibat langsung dalam program ini, diselenggarakanlah pelatihan RBM. Pelatihan RBM ini bertujuan untuk memberikan pengetahun kepada relawan tentang RBM dan juga meningkatkan pemahaman mereka tentang apa saja permasalahan difabel di wilayah dampingannya serta menemukan solusinya dan menyusun langkah lanjut apa yang akan dilakukan sebagai seorang relawan. Pelatihan RBM, ini dilakukan selama 3 hari yaitu sejak tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober, dan bertempat di Training Center Puskopdit Maumere, dan difasilitasi oleh Karel Tuhehay dari KARINAKAS sebagai fasilitator.

Dalam pelatihan ini materi yang diberikan yaitu membangun kesadaran dari para peserta tentang siapa saya, saya difabel atau saya cacat ? tanggapan masyarakat tentang difabilitas, permasalahan yang dihadapi oleh difabel, hak-hak difabel sebagai warga negara, difabilitas dan kemiskinan, gender dan difabilitas, RBM sebagai strategi pemberdayaan difabel, analisis stakeholder dalam menjalankan RBM , advokasi mandiri dalam melakukan program RBM,  peran relawan RBM dalam melakukan pemberdayaan difabel.

Hampir 100% relawan yang terlibat dalam program RBM yang dijalankan oleh Caritas Maumere adalah difabel. Jenis difabilitas yaitu daksa dan netra. Sebelum mereka bergabung dengan program ini, mereka sudah mempunyai aktifitas lain seperti penyedia jasa ojek, penjual pulsa telepon, bekerja di panti rehabilitasi, penyedia jasa pijat, penyedia jasa organ tunggal. Mereka memiliki beragam latar belakang pendidikan juga yaitu mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan lulusan perguruan tinggi. Beragam pula cerita-cerita pilu masa lalu dari mereka yang menyentuh bagi setiap orang yang mendengar tuturan cerita mereka. Masa lalu mereka yang merasa tertolak oleh masyarakat, menerima ejekan dari masyarakat bahkan tidak dianggap sama sekali oleh masyarakat.  Masa lalu yang bagi mereka juga adalah suasana kebathinan yang memberi pelajaran berharga bagi mereka bahwa hidup ini tidak ada yang perlu disesali dan di sia-siakan.

Perasaan mereka bergejolak saat mereka menjadi relawan dari Caritas Maumere untuk menjalankan program RBM. Di satu sisi, mereka yang rata-rata belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi, jarang bersosialisasi dengan masyarakat, bahkan mereka sendiri menyebut dirinya cacat. Sementara disisi lainnya mereka merasa bahwa mereka ingin membantu teman-teman lain yang mempunyai kondisi yang sama dan sudah tentu ingin memberi penyadaran kepada masyarakat yang selama ini selalu memberikan stigma negatif kepada mereka. Hal ini tidak pernah terbayangkan bagi mereka pada awal bergabung dengan Caritas Maumere. Seperti kata Simon, salah satu Relawan Caritas Maumere yang berasal dari Larantuka, “Saya mau bekerja untuk difabel, saya mau datang bertemu dengan Pemerintah untuk menyampaikan permasalahan difabel. Karena saya tahu, bahwa ini tugas Pemerintah untuk mensejahterahkan masyarakatnya. Lain lagi yang diceritakan oleh Tince, Relawan asal Ende, saya ingin membuktikan kepada Suster yang pernah mengeluarkan saya dari pekerjaan karena difabilitas saya, bahwa saya juga bisa dan saya pasti bisa meraih bintang-bintang. Kita semua pasti bisa.




Karel Tuhehay

 

 

 

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com