Y. Teguh Bayu Kristiawan (kiri), Program Manajer PMM KARINAKAS mempresentasikan Program Biogas pada acara Launching kerjasama BNPB dan Caritas Germany di hotel The 101 Yogyakarta, awal Februari 2016 (foto:ferry)
Bagi sebagian masyarakat kabupaten Boyolali menggunakan kayu bakar maupun gas elpiji untuk memasak merupakan kebiasaan hidup sehari-hari. Kegiatan memakai kayu bakar kelihatannya memang sederhana namun penggunaan dalam jangka waktu lama akan sangat merugikan kelestarian alam yang pada gilirannya akan berdampak pada bencana kekeringan, longsor, banjir dan sebagainya
.
Menurut BPBD kabupaten Boyolali, potensi ancaman bencana di kabupaten Boyolali terdiri dari bahaya Geologi (letusan gunung Merapi, tanah longsorm dan gempa bumi) dan bahaya Hidro Meteorologi (banjir, angin puting beliung. dan kekeringan/kebakaran hutan)
Melihat kondisi ini KARINAKAS melalui program PMM (Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Building Community Resilience) berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengurangi resiko bencana dengan sumber daya yang dimiliki maupun dengan bantuan pihak lain. Program yang dipilih adalah Biogas.
Program Biogas ini dilaksanakan di Desa Cluntang, Sruni, dan Mriyan , Kecamatan Musuk, Desa Suroteleng, Samiran, Klakah, dan Tlogolele Kecamatan Selo, serta Desa Wonodoyo Kecamatan Cepogo.
Mengapa Biogas ini menjadi pilihan? Ada 4 alasan, pertama, hampir sepertiga jumlah penduduk Boyolali adalah peternak sapi mereka memelihara sekitar 88.533 ekor sapi perah dan 98.248 ekor sapi potong, ini sangat potensial untuk penyediaan bahan baku biogas. Kedua, ramah lingkungan, karena dengan menggunakan biogas akan mengurangi penggunaan kayu bakar sehingga penebangan pohon dapat dihindari. Masyarakat juga terbantu mengolah limbah kotoran sapi yang pada gilirannya mengurangi emisi CH4 dan menghasilkan pupuk organik. Ketiga, pembuatan biogas sangat mudah, pengoperasiannya pun sederhana dan aman. Keempat, murah dan efisien, investasi yang diperlukan untuk membangun 1 unit biogas sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 4 juta, namun dalam jangka panjang mereka akan menghemat pengeluaran karena tidak perlu menggunakan kayu bakar atau gas elpiji untuk memasak.
Dalam presentasinya di acara Launching Kerjasama BNPB dan Caritas Germany di Hotel The 101 Jogjakarta, 3-4 Februari 2016 yang lalu, Y. Teguh Bayu Kristiawan, Program Manajer PMM Karina KAS, menyatakan bahwa pembelajaran dari Program Biogas ini makin menguatkan budaya gotong royong, pemanfaatan sumber daya lokal secara kreatif dan inovatif, terjadi transfer ilmu pengetahuan dan masyarakat mampu mengelola dana hingga dana tersebut terus bergulir. Di samping Program Biogas, Karina KAS melalui Program PMM juga melakukan pendampingan kajian resiko bencana serta pengenalan PRB dan perubahan iklim pada siswa SD. (Ferry T. Indratno)