Murid kelas 4 dan 5 SDN Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, sedang membuat peta desa, sekaligus menandai daerah daerah yang rawan bencana (Foto: Fajar)
KARINAKAS membuat terobosan baru untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Terobosan itu berupa pembuatan Kurikulum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) untuk Sekolah Dasar (SD), yang kemudian disusun dalam modul modul pembelajaran. Sabtu (16/4/2016) modul tersebut diujicobakan di SDN Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali untuk mendapat masukan dari guru dan siswa.
Program pembuatan kurikulum PRB yang difasilitasi Anna, Mia, Teguh dan Ratri tersebut dilaksanakan bulan Februari hingga Mei 2016 diikuti beberapa sekolah di kabupaten Boyolali, antara lain: SDN Samiran, SDN Soroteleng I dan SDN Soroteleng II yang terletak di kecamatan Selo. Kemudian SDN Drajidan, SDN Sruni I, SDN Sruni II, SDN Clunthang I dan SDN Clunthang II yang terletak di kecamatan Musuk. Tujuan dari program tersebut adalah untuk memberikan kesadaran pada ancaman bencana yang dikemas secara menarik dalam modul modul pembelajaran. Diharapkan nantinya modul tersebut dapat direkomendasikan ke Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupeten Boyolali untuk diterapkan di semua sekolah.
Jalannya Ujicoba Modul
Kegiatan pertama dilakukan di kelas. Dua orang guru bertindak sebagai pendamping, Santi mendamping kelas IV dan Nana bertugas untuk kelas V. Semua siswa dari dua kelas yang berbeda tingkatan itu digabung menjadi satu.
Guru pendamping memberikan penjelasan mengenai tanah longsor. Mereka menggunakan media video animasi sebagai bahan ajar kepada siswa. Sebuah bahan pembelajaran yang sangat menarik bagi mereka sehingga mereka dengan antusias menonton video tersebut. “Tidak menebang hutan secara liar, tidak membangun rumah di sekitar tebing, melakukan reboisasi, dan membuat aliran air,” seru siswa-siswi menjawab pertanyaan guru.
Kemudian dua orang guru tersebut mengajak siswa-siswinya untuk keluar kelas sebagai bentuk pembelajaran di lapangan. Mereka diajak untuk mengenal dan mengamati kondisi lingkungan sekitar mereka. Meskipun jarak yang ditempuh cukup jauh, sekitar satu kilometer, namun tidak membuat mereka patah semangat. Justru mereka sangat antusias, bahkan seringkali mereka bersenda gurau untuk mengusir kejenuhan.
Setelah menyelesaikan pengamatan lingkungan, guru pendamping membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian para siswa diberi tugas untuk membuat legenda rute perjalanan dalam pengamatan lingkungan tadi. Para siswa berkreativitas dengan kertas origami berwarna yang diberikan oleh guru.
Kurikulum yang dibuat oleh KARINAKAS menjadi alternatif yang menarik bagi kurikulum penanggulangan bencana. Guru yang mengajar tidak kesulitan dalam memahami isinya. Seperti yang dilakukan oleh guru-guru dari SDN Samiran tersebut, mengenalkan alam sekitar dengan cara yang menyenangkan. “Implementasi hasilnya baik. Anak antusias dan tertarik dengan kegiatan dari KARINAKAS,” tanggap Sis Dwi Budiharto, S. Pd., Kepala SDN Samiran
Penulis : Martinus Danang Pratama Wicaksana
Reporter : Achmad FH Fajar