Siap! Tanggap Bencana!

Sadar Bencana sejak SD

Sri Lestari Guru SDN Cluntang I menjelaskan tentang Peta Rawan Bencana di Desa  Cluntang, Selo, Boyolali, saat ujicoba Modul PRB, 16 April 2016 (Foto: Jeje)

Pagi itu, (16/4/2016) Tim KARINAKAS hendak menuju dua kecamatan di Boyolali untuk mendampingi penerapan modul PRB (Pengurangan Resiko Bencana). Tim berkumpul di kantor KARINAKAS, Pringwulung pukul 06.30 WIB dan kemudian langsung menuju Boyolali menggunakan dua mobil. Tim terdiri dari sebelas orang, kemudian berpencar menjadi dua tim untuk menuju dua kecamatan di Boyolali.

Sadar Bencana sejak dini

Murid SDN Cluntang I, Kecamatan Musuk, Boyolali Praktek menggunakan masker (Foto: Jeje)

Pada pukul 8.05, tim singgah sejenak di kota Boyolali untuk mengambil snack bagi para siswa. Saat itu juga masing-masing tim kecil tadi berpencar ke empat SD yang akan dikunjungi. Tim yang akan mengunjungi SDN 1 Cluntang terdiri dari tiga orang Mia sebagai pendamping, Andi perwakilan dari paroki, dan Jeje sebagai reporter dari tim Karina KAS.

Setibanya di sana, tim kecil yang bertugas di Cluntang disambut oleh Kepala Sekolah Pak Wagimin dan wali kelas empat, Ibu Sri Lestari. Kemudian, tim diajak menuju ruang tamu yang terletak di bangunan, suguhan makanan ringan pun menjadi pembuka keramahan di antara kami. “Jangan kaget jika anak SD di sini ke sekolah naik motor. Di sini jarak sekolah dengan rumah bisa sangat jauh apalagi jalannya menanjak dan di area lereng gunung Merapi,” tutur Wagimin sembari mempersilahkan tim untuk menikmati suguhan.

Pukul 9.30 WIB, tim Karina masuk ke kelas empat yang berjumlah tujuh belas siswa dan didampingi oleh Bu Sri Lestari. Acara dimulai dengan penjelasan mengenai bencana dengan contoh erupsi Merapi oleh Bu Sri dan dibantu oleh teman-teman dari tim Karina. Kemudian, para siswa bernyanyi campur sari “cucak rawa” yang telah digubah syairnya tentang tanggap bencana.

Setelah itu para siswa diajak berdinamika secara berkelompok dengan melihat peta lokasi kecamatan Musuk. Mereka melihat, mengamati, dan menandai wilayah mana yang berpotensi bencana dan wilayah untuk evakuasi. Mereka juga diingatkan apabila terjadi bencana disekolah, siswa diharapkan untuk tetap tinggal di sekolah sampai orangtua mereka menjemput.

Kegiatan berikutnya adalah simulasi antisipasi bencana yang dimulai dengan rekayasa bel panjang sebagai tanda bencana. Dengan sigap, para siswa meletakkan tas di atas kepala untuk menghindari benda yang yang jatuh dari atas, berbaris di tanah lapang, dan menggunakan masker, lalu mereka kembali ke kelas. Kesimpulan yang disampaikan oleh guru adalah siswa harus tanggap bencana, mengingat daerah-daerah evakuasi dan apa saja yang harus dilakukan.

Sekitar jam 11, tim Karina masuk ke kelas lima yang berjumlah dua puluh dua dengan walikelas Pak Trianta. Guru juga memberi penjelasan tentang bencana dengan contoh erupsi Merapi. Siswa juga diajak menonton video erupsi Merapi yang berdurasi empat belas menit menit.

Setelah selesai rangkaian penerapan PRB, tim dan para guru menuju ke ruang guru. Percakapan pun berlanjut dengan bertukar kesan antar guru yang mengajar dengan tim Karina. “Kami merasa senang karena dapat belajar metode pengajaran baru tentang antisipasi bencana, apalagi pembelajaran yang ditawarkan ke siswa menyenangkan,” ujar Sri Lestari selaku wali kelas empat.

Penulis                 : Seftyana Trisia Pardosi

Reporter              : JB Judha Jiwangga

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com