Dari Kanan ke kiri: Heri dari KARINAKAS, Iskandar, dan Asep Aryanto (TNGM), serta Suryati Kades Cluntang, sedang berdialog dalam sarasehan "Cluntang Punya Mimpi" di Dusun Gondang, Cluntang, Musuk, Boyolali, 11 oktober 2016 yang lalu (Foto: Ferry)
Mimpi adalah kunci untuk kemajuan desa. Karena dalam mimpi itu termuat visi ke depan untuk membangun desa demi kesejahteraan semua warga. Demikian garis besar pemikiran yang tercetus dalam sarasehan “Cluntang Punya Mimpi” yang diselenggarakan KARINAKAS bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Seksi Pengelolaan Wilayah II Boyolali, tanggal 11 Oktober 2016 yang lalu di Dusun Gondang, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Boyolali.
Sarasehan diikuti sekitar 20 warga Dusun Gondang dan sekitarnya yang dihadiri Kepala Desa Cluntang, Suryati, Heri dan Sr. Huberta dari KARINAKAS, Nila Ayu dan kawan kawan dari LSM Solidaritas Perempuan Untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEKHAM) Solo, dan Iskandar Kepala Seksi Wilayah II TNGM, serta Asep Aryanto dan Polisi Hutan Resort Boyolali.
Teh dan Sirup bunga mawar, produksi warga Cluntang, Musuk, Boyolali (Foto: Ferry)
Suryati, Kades Cluntang, memaparkan bahwa desanya punya mimpi menjadi desa wisata ekologi yang dikenal oleh masyarakat luas. Desa wisata yang tidak sekedar memamerkan keindahan alam namun juga desa wisata yang produktif dalam memanfaatkan potensi desa untuk dikemas menjadi produk yang berdaya guna. Saat ini di Cluntang suda ada produksi the dan sirup yang terbuat dari bunga mawar. Perlu diketahu bahwa Cluntang adalah penghasil bunga mawar dengan tingkat produksi yang tinggi.
Lebih lanjut Suryati mengatakan bahwa ke depan Desa Cluntang harus memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sesuai dengan UU Deda, agar masyarakat dalam membangun usaha dengan mandiri dan tidak melakukan urbanisasi. Dengan kesejahteraan diharapkan warga masyarakat dengan hidup bahagia dan tidak ada lagi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Pernyataan Suryati didukung pleh Iskandar dari TNGM yang sekaligus mengingatkan bahwa pembangunan wisata hendaknya tidak merusak alam namun justru harus melestarikan alam menjadi lebih indah dan alami mendekati habitat aslinya. Sehingga pemilihan pohon yang akan ditanam hendaknya disesuaikan dengan habitat asli gunung Merapi. TNGM juga mengijinkan masyarakat mengambil rumput di wilayah hutan adat TNGM sedalam 100-500 meter demi ketercukupan pangan sapi-sapi yang banyak dipelihara di Desa Cluntang. (Ferry T. Indratno)