Pius Mulyono dari Lembaga Lestari Mandiri (Lesman), Boyolali, menyampaikan materi pelatihan "Manajemen Kelompok" pada kelompok organisasi di Desa Samiran, Kecamatan Selo. (Foto: Sr. M. Huberta, FSGM)
Program Building Resilien Community KARINAKAS, akhir Februari 2017 yang lalu mengadakan Pelatihan Manajemen Kelompok pada 35 peserta perwakilan 7 komunitas/organiasi dampingan KARINAKAS di wilayah kecamatan Selo, bertempat di balai desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa. Pius Mulyono dari Lembaga Lesman (Lestari Mandiri), Boyolali hadir sebagai nasumber kegiatan.
Mulyono menjelaskan bahwa ada tiga tipe organisasi yang berkembang. Pertama organisasi tipe merpati, organisasi ini akan berkumpul jika mendapatkan dana atau bantuan. Tipe kedua adalah organisasi pedati, organisasi ini bercirikan akan berjalan jika ada yang memberi pecutan dari pihak luar. Sedangkan tipe ketiga, organisasi mandiri, jenis ini tidak perlu bergantung pada siapa pun.
Dari sharing para peserta banyak alasan ketika mereka mendirikan organisasi, ada yang karena alasan untuk mendapatkan dana, ada juga yang mendirikan organisasi sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman tentang pertanian. Hasil akhir dari pelatihan ini diharapakan setiap organisasi ini semakin menyadari untuk menjadi organisasi yang mandiri dan semakin kritis terhadap bantuan dari pihak mana pun.
Pelatihan yang senada juga dilakukan di Sekretariat Agni Mandiri, desa Sruni, kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah awal Maret 2017, yang diikuti oleh 25 peserta dari 5 kelompok, yaitu Kelompok Agni Mandiri desa Sruni, Kelompok Wanita Tani Agni Mandiri Desa Sruni, Kelompok Karya Tani Desa Cluntang, Kecamatan Musuk; kelompok Margo Rahayu Desa Mriyan, kecamatan Musuk serta kelompok Serba Usaha Desa Wonodoyo, kecamatan Cepogo.
Peserta semakin merasakan bahwa berkelompok memberikan menfaat bagi mereka. Bagi kelompok yang masih baru seperti kelompok Wanita Tani Agni Mandiri, manfaat materi belum bisa mereka rasakan, tapi mereka merasakan adanya semangat, solidaritas dan guyub yang semakin terbangun. Usai mencari rumput atau memerah sapi mereka punya kegiatan bersama untuk membuat olahan pangan lokal seperti kripik daun sirih dan kripik pegagan yang selama ini tumbuh liar di sekitar pekarangan mereka. Jika sendiri, kita bukan siapa-siapa, tapi bersama, kita lebih berdaya. (Sr. M. Huberta, FSGM)