Prasena Nawak Santi (Berdiri baju putih) Fasilitator, dan Widodo (Duduk, berbaju hitam), Narasumber, dalam Ujicoba Modul PRB Berbasis Budaya di SDN 1 Sruni, Musuk Boyolali, 19 April 2017 yang lalu (Foto: Ferry)
Dalam rangkaian penyiapan pembuatan Modul Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Budaya, Program DRR KARINAKAS kembali melakukan kegiatan bersama dengan para guru di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Kali ini pembuatan Modul sudah sampai tahap ujicoba modul yang sebelumnya dibuat oleh para guru.
Modul yang di ujicobakan adalah Mmodul upacara adat "Merti Tuk". Prasena Nawak Santi bertindak sebagai fasilitator dengan narasumber Widodo tokoh masyarakat Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, yang wilayahnya berdekatan dengan Musuik. Anak-anak yang ikut ujicoba ini adalah anak kelas IV dan V SDN 1 Sruni, Kecamatan Musuk.
Sejak pagi anak-anak yang berjumlah 42 putra putri orang ini sudah antusias menunggu jalannya pembelajaran. Sebagian anak menggunakan pakaian adat Jawa-Surakarta. Yang perempuan menggunbakan jarik dan kebaya sedangkan yang lalki-laki menggunakan surjan dan iket sebagai penutup kepala.
Anak-anak mengangkat Sesaji dan Ubo Rampe Merti Tuk dari arah "Sumber Air" ke ruang kelas (Foto: Ferry)
Fasilitator mengajak anak-anak menyanyi lagu Anak Indonesia Cinta Budaya sebagai pintu masuk ke materi Merti Tuk. Widodo yang menjadi narasumber menjelaskan pada anak mengapa harus dilakukan Merti Tuk, tujuannya, dan juga ubo rampe atau peralatan yang digunakan serta makna dibalik penggunaan alat alat tersebut.
Merti Tuk adalah memelihara mata air. Mata air ini harus terus dipelihara karena air merupakan sumber kehidupan utama. Memelihara Tuk adalah upaya pelestarian lingkungan pada pada gilirannya upaya ini sekaligus cara baik yang ditembuh untuk pengurangan risiko bencana. Sejak dini anak-anak harus dilatih kesadaran untuk terus memelihara alam ciptaan Tuhan ini sebagai bentuk memcintai kehidupan (Ferry T. Indratno)