Relawan GK

Sebagai Lembaga Keuskupan Agung Semarang yang diberi mandat untuk mengkoordinir kegiatan tanggap bencana, KARINAKAS membangun jejaring dan kerjasama dengan para relawan paroki-paroki. KARINAKAS membentuk dan mengkoordinir para relawan paroki-paroki sesuai dengan kerawanan atau ancaman bencana masing-masing daerah.  

Selama bulan Maret 2020 ini, KARINAKAS telah berkumpul dan berkoordinasi dengan Relawan Paroki Rayon Gunungkidul (5/3/2020), dan Relawan Paroki Lingkar Merapi (8/5/2020). Relawan Paroki Rayon Gunungkidul secara khusus bergerak di area wilayah Gunungkidul dengan fokus pelayanan tanggap bencana kekeringan, sedangkan Relawan Paroki Lingkar Merapi secara khusus bergerak di area lingkar Gunung Merapi dengan fokus pelayanan tanggap bencana erupsi Merapi.

Relawan Merapi2

Meskipun para relawan tersebut bergerak di area kerawanan bencana masing-masing, namun mereka juga siap untuk membantu daerah lain apabila sungguh membutuhkan pelayanan tanggap bencana. Para relawan tersebut adalah tangan kanan KARINAKAS dalam melaksanakan kegiatan tanggap bencana. Ke depannya, KARINAKAS hendak mengukuhkan dan mendampingi para Relawan Paroki Rayon Surakarta dan Rayon Semarang. Bersama para relawan tersebut, KARINAKAS hendak mewujudkan kepedulian dan keterlibatan Gereja di tengah masyarakat yang terdampak bencana, ataupun dalam pengurangan resiko bencana, bekerjasama dengan berbagai pihak, dalam semangat belarasa (Rm Toms)

 

UAD biogas

“Hampir setiap rumah tangga di desa Watugajah, kecamatan Gedangsari, kabupaten Gunung Kidul, memiliki ternak, entah itu milik sendiri ataupun gaduh. Namun sayangnya, sampai sekarang belum ada yang bisa memanfaatkan kotoran ternak secara optimal”, demikian disampaikan Taufan, mahasiswa KKN dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Taufan dan kawan-kawan mahasiswa dari UAD yang sedang KKN di desa tersebut, memfasilitasi warga desa Sampang untuk belajar biogas. Narasumber pembelajaran biogas tersebut adalah Yayasan KARINAKAS. Taufan menyebutkan bahwa ia dan teman-temannya pernah mendengar bahwa kotoran ternak bisa dibikin biogas, tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya, dan tidak tahu juga siapa yang harus dihubungi, padahal warga ingin dilatih tentang biogas.

Akhirnya, pada Rabu, 19 Februari 2020, diadakan sosialisasi tentang pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, dengan pendampingan dari KARINAKAS, yang diikuti oleh beberapa warga desa Sampang. Pendampingan mahasiwa KKN UAD tentang biogas tersebut, hanya sampai pada tahap sosialisasi, maka KARINAKAS akan melanjutkan pendampingan bagi para warga, sampai mereka bisa memiliki biogas. (Sr. M. Huberta FSGM)

 

Biogas sudah menyala

Muryati (46 th) warga desa Patuk, kecamatan Terbah, kabupaten Gunung Kidul merasa sangat gembira, karena saat ini biogas di rumahnya sudah menyala. Sejak awal pembuatan biogas, Muryati selalu memberikan semangat kepada Jumono, suaminya, supaya bersabar dalam membuat instalasi biogas. Saat digester biogas sudah terisi dengan kotoran ternak dan instalasi sudah beres, tetapi kompor belum mau menyala, Muryati tetap bersemangat dan tidak putus asa.

”Kita tunggu saja Pak. Siapa tahu sebentar lagi menyala”, katanya untuk memberi semangat kepada suaminya. Namun kini perempuan yang sehari-harinya mengurus rumah tangga dan ternak tersebut, sangat senang, karena api biogas sudah menyala. Kini biogas ibu Muryati sudah menyala dan digunakan untuk memasak. “Sekarang saya tidak perlu lagi membeli gas elipiji. Ini luar biasa!”, pungkasnya. (Sr. M. Huberta FSGM)

 

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com