Sebagian produk SHG di berupa sabun pencuci piring dan minuman rempah (foto:ferry)
Bagi Dwi Astuti dari Beku dan Wiji dari Jeblog dua sahabat difabel dari kecamatan karanganom Klaten ini tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan bergabung dalam SHG, bersama-sama dengan masyarakat lain di desa mereka. Joko Waluyo dari Desa Pomah kecamatan Tulung yang juga difabel bahkan menjadi Ketua SHG di desa Pomah yang beranggotakan 20 orang.
Apa SHG itu? SHG adalah singkatan dari Self Help Group atau sering disebut juga kelompok yang saling menolong, saling membantu, atau kelompok dukungan. SHG didefinisikan sebagai suatu kelompok yang menyediakan dukungan bagi setiap anggota kelompok. Anggota kelompok ini berpegangan pada pandangan bahwa orang-orang yang mengalami masalah dapat saling membantu satu sama lain dengan empati dan belarasa yang lebih besar dan lebih membuka diri (Ahmadi, 2007 cit Keliat, 2008).
KARINAKAS bersama dengan pemerintahan setempat, Desa Jeblog, Beku, Jambeyan Kecamatan Karanganom, dan Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten serta Desa Ngreco, Krajan, Tegalsari, dan Grogol kecamatan Weru Sukoharjo, mendorong terwujudnya desa Inklusi.
Dalam desa Inklusi proses pembangunan harus dipastikan bahwa semua kelompok yang terpinggirkan bisa terlibat dalam proses pembangunan. Konsep tersebut mengupayakan pemberian hak bagi kelompok / kaum yang terpinggirkan di dalam proses pembangunan. Saat ini, hampir di semua negara, difabel merupakan salah satu dari kelompok yang terpinggirkan. Difabel masih mendapatkan kesulitan, untuk mendapatkan perhatian sebagai objek dalam program-program pembangunan, sekaligus sebagai subjek / pelaku aktif.
SHG menjadi wadah bagi para difabel dan masyarakat lainnya untuk menyalurkan rasa belarasa dan kepedulian sosial. Di Kabupaten Klaten, semua desa yang didampingi Karina telah terbentuk kelompok kelompok SHG. Di Desa Pomah terbentuk SHG Karya Difa Mandiri, di Jambeyan bernama karya Mukti Mandiri, di Beku bernama Maju Jaya, dan di Jeblog terbentuk SHG Difa Mandiri. Di Sukoharjo pun semua desa yang di damping, desa Ngreco, Krajan, Tegalsari dan Grogol telah ada kelompok kelompok SHG.
Kolam Nila kelompok SHG Desa Jeblog, Karanganom, Klaten (foto:ferry)
Kelompok SHG ini memiliki berbagai usaha antara lain telor asin, minuman rempah, berbagai macam keripik, sabun cuci piring, kolam pembibitan dan pembesaran ikan nila, pembuatan sol sepatu, anyam ayaman, usaha pijat, membuka warung kelontong, dan lain lain.
Siti sedang menggoreng kripik kacang dan cethol di SHG Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, Klaten (foto:ferry)
Teman teman difabel melalui SHG sungguh berdaya dan kepercayaan diri pun makin tinggi seiring perkembangan usaha dan tumbuhnya solidaritas di antara mereka. Tidak mustahil kini teman teman difabel justru banyak yang berhasil dan mengalahkan mereka yang “normal” namun enggan bekerja keras. (FerryT. Indratno)