Pramono Murdoko, sedang memaparkan isi buku "Dari Sukoharjo untuk Indonesia" di saksikan para Panelis Sunarman dan Setia Adi Purwanto, serta moderator Nurul Saadah (Foto: Ferry)
Diskusi Buku “Dari Sukoharjo untuk Indonesia” karya Pramono Murdoko yang diterbitkan KARINAKAS didukung The Asia Foundation berlangsung semarak. Panelis Setia Adi Purwanto dari Dria Manunggal dan Sunarman dari PPRBM Solo, sepakat bahwa buku ini dapat dijadikan contoh pihak lain dalam menerapkan strategi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) yang kontekstual untuk Indonesia. Selama ini RBM lebih banyak menggunakan teori yang dibuat World Health Organization (WHO).
Romo Antonius Banu Kurnianto, Pr., Direktur KARINAKAS, memberi sambutan dalam Diskusi Buku, 8 September 2016 di Gedung Belarasa kantor KARINAKAS (Foto: Ferry)
Hadir dalam acara ini, selain karyawan lapangan KARINAKAS yang tersebar di Sukoharjo, Klaten, Boyolali, dan Gunungkidul, juga para penerima manfaat yang sekaligus memamerkan hasil karyanya, juga para sahabat KARINAKAS diantara dari Yayasan Tahija. Satunama, Yakkum, Sigab, PPRBM, Yayasan Sehati, Karina KWI Yogyakarta, SAPDA, dan para pemerhati difable lainnya. Dan yang istimewa acara ini juga dihadiri Kepala Dinas Sosial Sukoharjo, Sarmedi, S.E, M.Si yang mewakili dan membacakan sambutan Bupati Sukoharjo.
Bupati Sukoharjo menyatakan komitmen Pemerintah Sukoharjo dalam pembangunan kesejahteraan sosial bagi semua masyarakat termasuk yang difabel, hal itu tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2009.
Acara diskusi buku juga semakin semarak dengan penampilan Agus Inspirator, Aan, dan Vina yang membawakan lagu lagu kenangan yang menggugah hati untuk semakin berbelarasa pada sesama. Juga dimeriahkan dengan pameran Para Penerima Manfaat Program KARINAKAS antara lain: Kelompok Agni Mandiri, Boyolali, SHG Sukoharjo dan Klaten, serta dampingan CBR Gunungkidul (Ferry T. Indratno)
- Detail
- Ditulis oleh Ferry
- Kategori: Inklusi
- Dilihat: 1398
Mbak Sapto Rahayu dari KARINAKAS, memandu Diskusi Tematik "Desa Inklusi" dalam Temu Inklusi 2016, 26 Agustus 2016 di Balai Desa Sidorejo, Lendah, Kulonprogo (Foto: Ferry)
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) kembali menyelenggarakan Temu Inklusi 2016. Kegiatan dua tahunan ini sebagai wadah terbuka yang mempertemukan berbagai pihak pegiat inklusi Difabel. Forum dua tahunan ini dirintis pertamakalinya pada Desember 2014, bertempat di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Lebih dari 300 partisipan yang merupakan perwakilan organisasi Difabel, organisasi masyarakat sipil, serta individu pegiat inklusi Difabel telah menjadi bagian dari Temu Inklusi 2014 yang menghasilkan gagasan dirintisnya ‘Desa Inklusi’.
Dalam dua tahun terakhir, berbagai inisiatif dan gerakan inklusi Difabel terus bertambah dan menunjukkan banyak tunas praktik baik dan keberhasilan. Gagasan Desa Inklusi yang digagas pada Temu Inklusi 2014 telah mulai dirintis di sejumlah Kabupaten.
SHG Kecamatan Weru Sukoharjo, turut Pameran dalam Temu Inklusi 2016. (Foto: Ferry)
KARINAKAS melalui Program Peduli ikut mewujudkan Desa Inklusi ini di Sukoharjo dan Klaten, khususnya di Kecamatan Weru Sukoharjo dan Karanganom Klaten. Program KARINAKAS ini menghasilkan berbagai praktik baik di kecamatan tersebut salah satu yang ikut ditampilkan dalam Temu Inklusi 2016 ini adalah Self Help Group (SHG) dari Kecamatan Weru Sukoharjo yang memamerkan dan menjual berbagai produk difabel berupa kerajinan tas, mainan, jamu-jamuan, dan makanan.
Dalam Temu Inklusi 2016 yang diselenggarakan di Desa Sidorejo, Lendah, Kulonprogo ini diadakan seminar nasional yang menghadirkan pembicara kunci dari Kementerian Desa, Sharing dan Appreciative Inquiry, Workshop Tematik, dan Permainan Inklusi. Temu Inklusi yang dihadiri berbagai organisasi Difabel di seluruh Indonesia ini juga dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa. (Ferry T. Indratno)
- Detail
- Ditulis oleh Ferry
- Kategori: Inklusi
- Dilihat: 1159
Mbak Sapto Rahayu dari KARINAKAS, memandu Diskusi Tematik "Desa Inklusi" dalam Temu Inklusi 2016, 26 Agustus 2016 di Balai Desa Sidorejo, Lendah, Kulonprogo (Foto: Ferry)
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) kembali menyelenggarakan Temu Inklusi 2016. Kegiatan dua tahunan ini sebagai wadah terbuka yang mempertemukan berbagai pihak pegiat inklusi Difabel. Forum dua tahunan ini dirintis pertamakalinya pada Desember 2014, bertempat di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Lebih dari 300 partisipan yang merupakan perwakilan organisasi Difabel, organisasi masyarakat sipil, serta individu pegiat inklusi Difabel telah menjadi bagian dari Temu Inklusi 2014 yang menghasilkan gagasan dirintisnya ‘Desa Inklusi’.
Dalam dua tahun terakhir, berbagai inisiatif dan gerakan inklusi Difabel terus bertambah dan menunjukkan banyak tunas praktik baik dan keberhasilan. Gagasan Desa Inklusi yang digagas pada Temu Inklusi 2014 telah mulai dirintis di sejumlah Kabupaten.
SHG Kecamatan Weru Sukoharjo, turut Pameran dalam Temu Inklusi 2016. (Foto: Ferry)
KARINAKAS melalui Program Peduli ikut mewujudkan Desa Inklusi ini di Sukoharjo dan Klaten, khususnya di Kecamatan Weru Sukoharjo dan Karanganom Klaten. Program KARINAKAS ini menghasilkan berbagai praktik baik di kecamatan tersebut salah satu yang ikut ditampilkan dalam Temu Inklusi 2016 ini adalah Self Help Group (SHG) dari Kecamatan Weru Sukoharjo yang memamerkan dan menjual berbagai produk difabel berupa kerajinan tas, mainan, jamu-jamuan, dan makanan.
Dalam Temu Inklusi 2016 yang diselenggarakan di Desa Sidorejo, Lendah, Kulonprogo ini diadakan seminar nasional yang menghadirkan pembicara kunci dari Kementerian Desa, Sharing dan Appreciative Inquiry, Workshop Tematik, dan Permainan Inklusi. Temu Inklusi yang dihadiri berbagai organisasi Difabel di seluruh Indonesia ini juga dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa. (Ferry T. Indratno)
- Detail
- Ditulis oleh Ferry
- Kategori: Inklusi
- Dilihat: 1205