Berdasarkan Siaran Pers BNPB 4 Desember 2021, telah terjadi aktivitas awan panas guguran Gunung Semeru pada pukul 15.20 WIB. Tingkat aktivitas Gunung Semeru naik ke level II (waspada). Berdasarkan update data dari BPBD Jawa Timur (6 Desember 2021), para warga yang terdampak bencana Gunung Semeru mengungsi di beberapa wilayah yakni di Kec. Pronojiwo (305 jiwa), Kec. Candipuro (1.070 jiwa), dan Kec. Pasirian (188 jiwa). Total pengungsi adalah 1.563 jiwa. Sedangkan warga yang meninggal dunia adalah 15 jiwa, luka berat 69 jiwa, luka ringan 100 jiwa.
Situasi Ds. Supit Urang, Kec. Pronojiwo, Kab. Lumajang
Situasi Ds. Supit Urang, Kec. Pronojiwo, Kab. Lumajang
Menanggapi situasi tersebut, Gereja melalui keluarga besar Caritas Indonesia ingin hadir untuk membantu meringankan penderitaan warga yang terdampak bencana. Saat ini para Relawan TSKKM (Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang) atau Caritas Keuskupan Malang, bekerjasama dengan Gereja Paroki Lumajang telah hadir di lokasi dan membagikan bantuan mendesak (bahan pangan, air mineral, masker, selimut, dan terpal).
Para Relawan TSKKM / Caritas Keuskupan Malang
Caritas Indonesia sudah melaksanakan rapat koordinasi bersama Caritas-Caritas Keuskupan via online. Berdasarkan koordinasi tersebut, TSKKM membutuhkan bantuan Relawan Lintas Keuskupan, di antaranya untuk melaksanakan assement / kajian data, maka KARINAKAS akan mengirimkan 3 orang relawan untuk membantu TSKKM. Semoga dengan koordinasi Caritas ini, dan koordinasi dengan pemerintah serta berbagai pihak terkait, proses tanggap darurat bencana Gunung Semeru ini dapat terlaksana secara optimal; tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat kebutuhan.
Apabila anda tergerak untuk membantu, bantuan dapat dikirimkan melalui KARINAKAS ke Bank Mandiri dengan Nomor Rekening 137-00-1386201-2, atas nama Yayasan Karinakas. Bantuan akan digunakan untuk mendukung aksi tanggap darurat bencana Gunung Semeru ini dalam koordinasi dengan Caritas indonesia. Salam bela rasa...
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 1057
Dampak Siklon Tropis Seroja
Tentu kita masih ingat dengan bencana banjir besar dan angin kencang akibat Siklon Tropis Seroja yang melanda NTT 8 bulan lalu. Akan tetapi, meskipun sudah 8 bulan yang lalu, Gereja (melalui keluarga besar Caritas Indonesia) sampai sekarang ini masih menyalurkan bantuan-bantuan, khususnya bantuan dalam rangka Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi. KARINAKAS sebagai bagian dari keluarga besar Caritas Indonesia turut hadir, terlibat, dan mendukung program tersebut.
Kunjungan, monitoring, dan evaluasi
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini dilaksanakan di tiga keuskupan yakni Keuskupan Larantuka, Weetebula, dan Atambua. Program ini menyasar tiga sektor yakni wash (terkait air bersih untuk rumah tangga dan air untuk pertanian), livelihood (mata pencaharian misalnya pertanian, peternakan, bengkel, pertukangan, dan tenun kain), dan pangan (pembagian sembako dan juga keralatan rumah tangga).
Wash di Dusun Hibuwundu
Pelaksana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini adalah Caritas Keuskupan Larantuka, Caritas Keuskupan Weetebula dan Caritas Keuskupan Atambua. Mereka memiliki tim personalia pelaksana program dan dibantu oleh para relawan lokal. Durasi program rata-rata adalah satu tahun. Program ini dilaksanakan di wilayah yang cukup parah terdampak bencana, sehingga membutuhkan respon lanjutan yakni rehabilitasi dan rekonstruksi.
Para relawan mendampingi pembuatan pupuk
Dalam kesempatan RTE (Real Time Evaluation) tersebut, KARINAKAS melaksanakan evaluasi di Caritas Keuskupan Weetebula. Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dua hari dalam dua sesi, yakni sesi pemaparan progres report program, dan kunjungan ke lapangan. Pemaparan progres report program dilaksanakan di aula Asrama Pewarta Injil Padadita Sumba Timur. Sedangkan kunjungan untuk monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Kampung Hibuwundu, Kel. Lambanapu, Kec. Kambera, Kab. Sumba Timur, dan di Desa Lulundilu, Kec. Mahu, Kab. Sumba Timur.
Suasana di Desa Lulundilu
Para warga yang dibantu melalui program ini merasa senang atas bantuan pemulihan yang masih diberikan sampai sekarang. "Kami ini sangat berterimakasih atas bantuannya, sangat membantu kami." ucap Ibu Solfiana (30 th) warga Kampung Hibuwundu yang sehari-hari bekerjasa sebagai penenun kain. Demikian juga Bapak Arlnoldus dan Bapak Cornelis, warga Desa Lulundilu, yang juga merasa sangat terbantu dengan adanya program rehabilitasi dan rekosntruksi dari Caritas Indonesia ini, khususnya rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan air bersih.
Penyaluran air sistem hidrant (tanpa listrik)
Vikaris General Keuskupan Weetebula (Rm. Ag. Malo Bulo, CSsR) merasa berterimakasih atas dijalankannya Program Rehabilitasi dan Rekonsruksi dari keluarga besar Caritas Indonesia ini. "Sementara lembaga donor lain sudah tidak ada lagi gaungnya di sini, Caritas Indonesia masih membantu di tempat ini sampai sekarang ini. Semoga program kita bersama ini dapat menjadi tanda kehadiran gereja yang berbelas kasih", kata Romo Vikjend.
Romo Vikjend Keuskupan Weetabula
Para warga juga merasa terbantu dan merasa ditemani ketika mengalami bencana ini. Bukan pertama-tama barang bantuannya, namun kehadiran para relawan sungguh menguatkan dan meneguhkan mereka yang menderita karena bencana. Setidaknya di keuskupan Weetabula, program ini telah membantu pemulihan mata pencaharian 458 KK di 11 desa, membantu lancarnya distribusi air bersih sebanyak 439 KK, di 8 desa, dan bantuan pangan untuk 695 KK di 22 desa. Semoga program keluarga Caritas Indonesia ini sungguh-sungguh mampu meringankan kesulitan warga terdampak bencana, dan menunjukkan wajah Gereja Katolik yang selalu hadir menemani, dan berbelas kasih kepada umat manusia yang mengalami penderitaan. Salam Bela Rasa...
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 819
Sapo Caritas
Sapo Caritas. Sapo adalah rumah. Sapo Caritas adalah rumah Caritas. Rumah Caritas merupakan hasil dari program rehabilitasi-rekonstruksi bencana gempa bumi, lekuifaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah. Sudah tiga tahun Keluarga Caritas melaksanakan respon bencana Sulawesi Tengah ini, dari tanggap darurat sampai rehabilitasi-rekonstruksi. Pertemuan Nasional Caritas Indonesia tahun ini dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah, sekaligus Learning Event (L.E.) atau pembelajaran bersama dari kegiatan respon bencana di Sulawesi Tengah ini. Para peserta adalah direktur atau pimpinan dari Caritas PSE seluruh keuskupan di Indonesia.
Pertemuan, sharing, evaluasi, dan pembelajaran
Selain pembelajaran bersama dan sharing-sharing yang dilaksanakan di aula Palu Golden Hotel, pertemuan kali ini juga diisi dengan kunjungan ke lokasi program rehabilitasi-rekonstruksi yakni mengunjungi proses finishing pembangunan hunian di Desa Ape Maliko, Kec. Sindue, Kab. Donggala, Kab. Sulawesi Tengah. Para peserta mengunjungi, menyaksikan langsung, dan dapat berwawanhati dengan para penerima manfaat yang kebanyakan adalah suku Kaili Rai.
Proses finishing Sapo Caritas
Para warga yang menerima bantuan hunian tersebut merasa senang dan bersyukur. "Saya sengat senang, senang, punya rumah baru Caritas ini," demikian ucap Bapak Alimin (42th) warga Desa Ape Maliko. Namun meski sudah mendapat hunian baru, hunian yang lama dari kayu, tetap ditempati meski agak rusak karena bencana gempa 3 tahun lalu. "Rumah ini masih saya pakai untuk dapur," ungkapnya. Semoga respon bencana keluarga Caritas di Sulawesi Tengah ini sungguh meringankan penderitaan warga, dan menjadi wujud nyata kepedulian Gereja Katolik di tengah penderitaan masyarakat. Salam Belarasa.
Bp. Alimin, Warga Desa Ape Maliko
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 733