Dampak Siklon Tropis Seroja
Tentu kita masih ingat dengan bencana banjir besar dan angin kencang akibat Siklon Tropis Seroja yang melanda NTT 8 bulan lalu. Akan tetapi, meskipun sudah 8 bulan yang lalu, Gereja (melalui keluarga besar Caritas Indonesia) sampai sekarang ini masih menyalurkan bantuan-bantuan, khususnya bantuan dalam rangka Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi. KARINAKAS sebagai bagian dari keluarga besar Caritas Indonesia turut hadir, terlibat, dan mendukung program tersebut.
Kunjungan, monitoring, dan evaluasi
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini dilaksanakan di tiga keuskupan yakni Keuskupan Larantuka, Weetebula, dan Atambua. Program ini menyasar tiga sektor yakni wash (terkait air bersih untuk rumah tangga dan air untuk pertanian), livelihood (mata pencaharian misalnya pertanian, peternakan, bengkel, pertukangan, dan tenun kain), dan pangan (pembagian sembako dan juga keralatan rumah tangga).
Wash di Dusun Hibuwundu
Pelaksana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini adalah Caritas Keuskupan Larantuka, Caritas Keuskupan Weetebula dan Caritas Keuskupan Atambua. Mereka memiliki tim personalia pelaksana program dan dibantu oleh para relawan lokal. Durasi program rata-rata adalah satu tahun. Program ini dilaksanakan di wilayah yang cukup parah terdampak bencana, sehingga membutuhkan respon lanjutan yakni rehabilitasi dan rekonstruksi.
Para relawan mendampingi pembuatan pupuk
Dalam kesempatan RTE (Real Time Evaluation) tersebut, KARINAKAS melaksanakan evaluasi di Caritas Keuskupan Weetebula. Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dua hari dalam dua sesi, yakni sesi pemaparan progres report program, dan kunjungan ke lapangan. Pemaparan progres report program dilaksanakan di aula Asrama Pewarta Injil Padadita Sumba Timur. Sedangkan kunjungan untuk monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Kampung Hibuwundu, Kel. Lambanapu, Kec. Kambera, Kab. Sumba Timur, dan di Desa Lulundilu, Kec. Mahu, Kab. Sumba Timur.
Suasana di Desa Lulundilu
Para warga yang dibantu melalui program ini merasa senang atas bantuan pemulihan yang masih diberikan sampai sekarang. "Kami ini sangat berterimakasih atas bantuannya, sangat membantu kami." ucap Ibu Solfiana (30 th) warga Kampung Hibuwundu yang sehari-hari bekerjasa sebagai penenun kain. Demikian juga Bapak Arlnoldus dan Bapak Cornelis, warga Desa Lulundilu, yang juga merasa sangat terbantu dengan adanya program rehabilitasi dan rekosntruksi dari Caritas Indonesia ini, khususnya rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan air bersih.
Penyaluran air sistem hidrant (tanpa listrik)
Vikaris General Keuskupan Weetebula (Rm. Ag. Malo Bulo, CSsR) merasa berterimakasih atas dijalankannya Program Rehabilitasi dan Rekonsruksi dari keluarga besar Caritas Indonesia ini. "Sementara lembaga donor lain sudah tidak ada lagi gaungnya di sini, Caritas Indonesia masih membantu di tempat ini sampai sekarang ini. Semoga program kita bersama ini dapat menjadi tanda kehadiran gereja yang berbelas kasih", kata Romo Vikjend.
Romo Vikjend Keuskupan Weetabula
Para warga juga merasa terbantu dan merasa ditemani ketika mengalami bencana ini. Bukan pertama-tama barang bantuannya, namun kehadiran para relawan sungguh menguatkan dan meneguhkan mereka yang menderita karena bencana. Setidaknya di keuskupan Weetabula, program ini telah membantu pemulihan mata pencaharian 458 KK di 11 desa, membantu lancarnya distribusi air bersih sebanyak 439 KK, di 8 desa, dan bantuan pangan untuk 695 KK di 22 desa. Semoga program keluarga Caritas Indonesia ini sungguh-sungguh mampu meringankan kesulitan warga terdampak bencana, dan menunjukkan wajah Gereja Katolik yang selalu hadir menemani, dan berbelas kasih kepada umat manusia yang mengalami penderitaan. Salam Bela Rasa...
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 251
Sapo Caritas
Sapo Caritas. Sapo adalah rumah. Sapo Caritas adalah rumah Caritas. Rumah Caritas merupakan hasil dari program rehabilitasi-rekonstruksi bencana gempa bumi, lekuifaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah. Sudah tiga tahun Keluarga Caritas melaksanakan respon bencana Sulawesi Tengah ini, dari tanggap darurat sampai rehabilitasi-rekonstruksi. Pertemuan Nasional Caritas Indonesia tahun ini dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah, sekaligus Learning Event (L.E.) atau pembelajaran bersama dari kegiatan respon bencana di Sulawesi Tengah ini. Para peserta adalah direktur atau pimpinan dari Caritas PSE seluruh keuskupan di Indonesia.
Pertemuan, sharing, evaluasi, dan pembelajaran
Selain pembelajaran bersama dan sharing-sharing yang dilaksanakan di aula Palu Golden Hotel, pertemuan kali ini juga diisi dengan kunjungan ke lokasi program rehabilitasi-rekonstruksi yakni mengunjungi proses finishing pembangunan hunian di Desa Ape Maliko, Kec. Sindue, Kab. Donggala, Kab. Sulawesi Tengah. Para peserta mengunjungi, menyaksikan langsung, dan dapat berwawanhati dengan para penerima manfaat yang kebanyakan adalah suku Kaili Rai.
Proses finishing Sapo Caritas
Para warga yang menerima bantuan hunian tersebut merasa senang dan bersyukur. "Saya sengat senang, senang, punya rumah baru Caritas ini," demikian ucap Bapak Alimin (42th) warga Desa Ape Maliko. Namun meski sudah mendapat hunian baru, hunian yang lama dari kayu, tetap ditempati meski agak rusak karena bencana gempa 3 tahun lalu. "Rumah ini masih saya pakai untuk dapur," ungkapnya. Semoga respon bencana keluarga Caritas di Sulawesi Tengah ini sungguh meringankan penderitaan warga, dan menjadi wujud nyata kepedulian Gereja Katolik di tengah penderitaan masyarakat. Salam Belarasa.
Bp. Alimin, Warga Desa Ape Maliko
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 209
Acara REBON (jumpa rabu malam) Relawan KYBAR (Kevikepan Yogyakarta Barat) telah berlangsung tiga kali. Rebon pertama dilaksanakan di kantor KARINAKAS (1/9/2021), Rebon kedua dilaksanakan di aula gereja paroki Banteng (8/9/2021), dan Rebon ketiga dilaksanakan di aula gereja paroki Mlati (15/9/2021).
Rebon di aula gereja paroki Banteng
Rebon di aula gereja paroki Mlati
Acara Rebon semakin menyenangkan karena diisi dengan pembelajaran bersama yang santai dan dengan permainan kelompok. Dengan pembelajaran serta permainan itu maka suasana pendalaman terkait ilmu kerelawanan dan kebencanaan menjadi lebih santai dan menyenangkan. Semoga dengan acara ini, para Relawan KYBAR semakin matang dan mencintai karya sebagai Relawan sosial kemanusiaan, dan menjadi tangan Gereja dalam keterlibatannya di tengah masyarakat. Salam bela rasa.
Permainan kartu kebencanaan
- Detail
- Ditulis oleh Romo Tomo
- Kategori: Tanggap Bencana
- Dilihat: 326