Sentrah bersama pembimbingnya di Sanggar Tunas harapan Nguter, Sukoharjo, sedang belajar mengenal huruf (foto:ferry)
Adalah Sentrah, lahir 7 tahun lalu di Plesan, kecamatan Nguter, Sukoharjo. Sebagaimana anak lain yang kena gangguan CP (celebral palsy) perjuangan Sentrah begitu berat. Masyarakat masih diskriminatif terhadap kawan kawan disabilitas.
Umumnya masyarakat menganggap jika keberadaan kaum disabilitas ini sebagai sesuatu hal yang merepotkan. Ada yang menganggap keberadaan mereka sebagai aib keluarga, biang masalah, hingga kutukan akan sebuah dosa yang pada akhirnya semakin memojokan disabilitas dari pergaulan masyarakat.
Dalam perkembangan berikutnya, pandangan masyarakat terhadap disabilitas berubah menjadi sesuatu yang harus mereka kasihani dan mereka tolong. Hal ini dikarenakan mereka adalah sosok yang dianggap kurang mampu dan membutuhkan bantuan.
Menurut penuturan Erni, orangtua Sentrah, perlakuan diskriminatif sangat dia rasakan. Ketika melahirkan Sentral penolakan dari keluarga terdekat sungguh dirasakan, mereka menolak kehadiran Sentral dan menganggapnya sebagai aib keluarga
Erni, ibu Sentrah, berbagi pengalaman dalam pertemuan di Sanggar Tunas Bangsa, Nguter Sukoharjo (foto:ferry)
Namun Erni tidak putus asa, dia membawa anaknya ke Puskesmas Nguter yang kemudiaan merujuknya ke RSUD Sukoharjo. Di RSUD Sukoharjo perlakuan buruk masih dirasakan, Sentrah dianggap terkena gizi buruk karena bentuk fisik maupun ketrampilan wicara berbeda dengan anak seusianya.
Untunglah Erni kemudian bertemu dengan pengelola Sanggar Inklusi Tunas Bangsa di Nguter Sukoharjo. Sentral mulai terapi seminggu sekali dan ditangani para volunteer dan mahasiswa KKN dari politeknik Kesehatan Surakarta. Dari terapi tersebut perkembangan Sentral sungguh luar biasa, ia telah mampu bicara meski masih terpotong potong dan yang terpenting adalah kepercayaan dirinya yang tinggi. Sentrah tidak malu-malu ketika bertemu dengan orang lain.
Kini Sentrah sekolah di TK Desa Plesan, dan setiap minggu terapi di Sanggar inklusi Tunas Bangsa. Di hadapan para orangtua dan tamu dari Jakarta dan Jogja yang berkunjung di Sanggar Tunas Bangsa ia hunjuk kebolehannya dengan melafalkan Pancasila. (Ferry T. Indratno)