Setelah mengalami musibah, seringkali kita akan menemui kebangkitan hidup

Pembelajaran dari Kelompok Tani Agni Mandiri

Pengurangan Resiko Bencana

Setiyo, Ketua Kelompok Tani Agni Mandiri menjelaskan tentang upaya Pengurangan Resiko Bencana (Foto: Ferry)

Setelah sempat saling tunggu di depan Pasar Jatinom, Klaten, rombongan mobil KARINAKAS yang pada hari itu, jumat 27 Mei 2016, melaksanakan Hari Belajar (Hajar), tiba di dusun Sruni. Rombongan KARINAKAS disambut Setiyo, Suyatman, Sarji, Widi Atmono dan lain-lain warga dusun Sruni yang sekaligus anggota kelompok tani Agni Mandiri.

Hajar kali ini dilakukan di Kelompok Tani Agni Mandiri di dusun Sruni, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti 'api'. Mengapa api? Karena api adalah energi. Kelompok tani ini bercita cita agar desa Sruni mandiri energi.

Kelompok Tani Agni Mandiri

Salah satu instalasi biogas milik warga desa Sruni (Foto: Ferry)

Kemandirian Energi

Niat mandiri energi warga Sruni didukung banyaknya ternak sapi yang rata-rata dipelihara oleh warga, sehingga menjadi potensi untuk kemandirian energi. Limbah kotoran sapi diolah menjadi energi alternatif. 

Kelompok tani Agni Mandiri

Foto bersama Pengurus kelompok Tani Agni mandiri dengan karyawan KARINAKAS seusai acara hari Belajar di Desa Sruni (Foto: Ferry)

Menurut Setiyo, Ketua Kelompok Tani Agni Mandiri, di wilayah Desa Sruni hampir setiap warga memiliki ternak sapi. Walaupun cuma satu atau dua ekor namun itu bukan menjadi kendala untuk tetap mengolah limbah kotorannya menjadi biogas. “Satu ekor sapi saja, mencukupi untuk diolah menjadi biogas,” ujar Setiyo. 

Biogas menjadi energi alternatif untuk memasak menggantikan gas elpiji maupun kayu bakar. Hanya saja, jika hanya memiliki satu ekor hingga tiga ekor, energi yang dihasilkan cuma mampu untuk mencukupi kebutuhan satu rumah tangga saja dalam sehari.

“Kalau cuma satu ekor, untuk mengisi sampai penuh tangki instalasi biogas berkapasitas 6 kubik bisa satu bulan. Tetapi jika memiliki tiga atau lebih sapi, bisa cuma sekitar dua minggu saja,” katanya. 

Saat ini, jelas dia, di wilayah desa Sruni warga yang memiliki biogas sebanyak 87 orang. Pembangunan instalasi ini sebagian menggunakan dana bergulir dari KARINAKAS sejumlah sekitar 3,5 juta per instalasi. Saat ini masih ada beberapa keluarga lagi yang menunggu antrian untuk membuat instalasi biogas.

Kemandian energi ini sangat berpengaruh pada upaya melakukan Pengurangan Resiko bencana. Dengan energi aternatif desa Sruni mampu mengurangi bahkan menghentikan penebangan hutan sehingga diharapkan suhu udara Desa Sruni yang dalam 10 tahun terakhir ini mencapai 26-27 derajat celcius bisa turun menjadi 23-23 derajat celcius seperti saat saat 30 tahun yang lalu. (Ferry T. Indratno)

menerima kasih dan memberi kasih itu perkara yang satu-tunggal; tanpa ada yang menerima, orang juga tidak bisa memberi; maka menerima kasih sekaligus juga memberi kasih karena memungkinkan orang lain memberi kasih #RomoMangun "Burung-burung Manyar"

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com